Kamis, 27 Oktober 2011

Perumpamaan Tentang Memaafkan 2


Pengalaman saya dari kutipan Injil Mat 18: 22 ini adalah sbb:


Saya pernah memiliki teman yang sungguh baik, she was really like a sister for me. Namun setelah lebih jauh mengenalnya, yang saya dapatkan adalah kesedihan. Karena ketidak setiaannya, karena ia memanfaatkan saya. Namun saya berpikir lagi, lupakanlah. Pertemanan tidak membatasi hanya dengan saya.
Tak lama, ia mulai menjauh bahkan sampai memfitnah saya. Sehingga saat itu saya sempat diomongkan dari belakang. Setelah teman baik saya yang lain, which still my bestfriend until this day, hope forever ^^, memberitahu saya bahwa teman saya yang pertama itu menjelek-jelekkan saya. Saya sangat sedih. Apakah arti pertemanan kita selama ini? Tidakkah ia melihat bahwa saya tulus menjadi teman yang selalu ingin membuatnya bahagia dengan membantunya menjadi seorang yang sungguh tegar, tegas dan hebat? Namun saya melupakannya. Saya hanya berdoa agar ia menjadi yang terbaik seperti yang Tuhan kehendaki.
Beberapa tahun kemudian, terjadilah hal yang sama. Dengan ujung cerita yang sama pula, select atau masih tidak akur sampai hari ini. Hmm.. bukan tidak akur juga, namun tidak sedekat dahulu. Namun berbeda dengan dahulu, saya berpikir: Aih orang ini, kenapa sih tidak mendengarkan nasihatku? Main tinggal pergi aja, memang dikira aku siapa?
Kemudian dalam perjalanan cintakupun, terjadi hal yang sama. Sesuatu yang saya pertahankan, sesuatu yang saya korbankan, sesuatu yang saya perjuangkan untuk dia, tidaklah berarti lagi. Semua begitu cepat dialihkan. Dan saat itulah puncak emosi saya. Ya, saya tidak mengelola emosi saya, dan saya sudah jarang membaca Alkitab maupun buku yang ampuh itu.
Selama setahun saya selalu kesal, merasa sakit hati, dan kecewa. Sedih dan perih yang ada dalam hati. Dan yang ada di pikiran saya adalah : Kenapa sih selalu begini? Udah dimaafin malah ngulang lagi! Dikira saya siapa?

Dan beberapa waktu lalu, saya tersadar....
Kenapa saya tidak mau memaafkan lagi? Karena saya sudah tidak mau disakiti lagi.
Bagaimana dengan Tuhan? Bagaimana dengan hatiNya yang selalu saya lukai? Bahkan luka itu lebih dari apa yang orang lain torehkan dalam hati saya.
Kenapa hidup saya begitu kacau? Karena saya tidak melihat, Tuhan menghibur saya dan menyayangi saya.
Bagaimana dengan Tuhan? Bagaimana perasaanNya yang selalu saya acuhkan? Apalagi saat saya sedang merasa senang.
Apa yang harus saya perbuat terhadap mereka? Saya harus balas dendam.
Lho? Tunggu dulu! Kenapa saya berpikir seperti itu? Karena saya tidak sadar Tuhan memaafkan saya.
Bagaimana dengan Tuhan? Menyedihkan sekali karena saya melupakan apa yang Tuhan inginkan dari saya, dan saya pernah menyadarinya. Saya lalai.

And here I am, I want to be like that time before. I want to forgive everything, even though they do the bad to me.
Dan memang itu yang saya rindukan, rasa damai setelah saya meminta pengampunan dan setelah saya mengampuni. Itukah kenapa Tuhan sangat bahagia saat ada 1 orang berdosa yang bertobat? Karena Ia pun merasa damai. Tuhan merasa bahagia, karena anak yang hilang telah kembali. Karena anak-anakNya mampu mengikuti apa yang terbaik bagi semua yang ada di dunia.

Guys, help me learn to forgive again. And ask everyone to forgive themselves and others who tresspass against them. And I believe, this world will be in peace. Yeah! Peace... The only thing the world missed for.


to be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar