Kamis, 08 November 2012

Learn to Love with Pain

Téng

Above this, is a link to the original and the inspiration of this post....
After a long time quiting this blogging.. It made me touched to share it, now!

Love until it hurts.” – Mother Teresa

Oh my, I rarely read more about Mother Teresa.. but I've heard of this quote before hmm...
Ok, back to the blog.


Love is measured by the pain. Is it?
Yes, it is!

I've learned about this before.... but I didn't realize that it's true...
A bit of regret is coming thru my blood, but I believe my decision was a better way.

Loving him, is such a pain.. It so hard to stand by with him, caring him
when he was blocking my future
when he looked to other girls
when he took something that I know I have gone far to get it
when he flip up and down my smile
when he made my mood so gloomy
when he made my eyes shut with a 'sound' of tears falling down
But I was loving him. I did love him. I did care him.
It was hurt, really truly, extraordinary hurt...

But then I saw, that I made the others (who are more important than him) CRY
not the cry with the screaming or tears
but the cry that they're gone away from me
the cry that made me realize I AM DEAD

And I chose not to love him again, but to love Him..
And I know it was better, it is better, and it is the best..
He, Who sacrifice more to protect me
He, Who always there with me
He, Who always pour my tears away so that I can smile
He, Who loves me more than anything... I don't know if it's more than anything
but I do believe it is.. :)
Cause I can feel it, deep inside, in to my heart and head
He loves me and He is calling for me

God, Jesus, Thank You for what You've given to me...
Thank You for using me as a messenger of love... especially Your love :)

Selasa, 01 November 2011

A bit about Computer Science inside...



Buku Computer Graphic yang lumayan OK ^^

Kamis, 27 Oktober 2011

Perumpamaan Tentang Memaafkan 2


Pengalaman saya dari kutipan Injil Mat 18: 22 ini adalah sbb:


Saya pernah memiliki teman yang sungguh baik, she was really like a sister for me. Namun setelah lebih jauh mengenalnya, yang saya dapatkan adalah kesedihan. Karena ketidak setiaannya, karena ia memanfaatkan saya. Namun saya berpikir lagi, lupakanlah. Pertemanan tidak membatasi hanya dengan saya.
Tak lama, ia mulai menjauh bahkan sampai memfitnah saya. Sehingga saat itu saya sempat diomongkan dari belakang. Setelah teman baik saya yang lain, which still my bestfriend until this day, hope forever ^^, memberitahu saya bahwa teman saya yang pertama itu menjelek-jelekkan saya. Saya sangat sedih. Apakah arti pertemanan kita selama ini? Tidakkah ia melihat bahwa saya tulus menjadi teman yang selalu ingin membuatnya bahagia dengan membantunya menjadi seorang yang sungguh tegar, tegas dan hebat? Namun saya melupakannya. Saya hanya berdoa agar ia menjadi yang terbaik seperti yang Tuhan kehendaki.
Beberapa tahun kemudian, terjadilah hal yang sama. Dengan ujung cerita yang sama pula, select atau masih tidak akur sampai hari ini. Hmm.. bukan tidak akur juga, namun tidak sedekat dahulu. Namun berbeda dengan dahulu, saya berpikir: Aih orang ini, kenapa sih tidak mendengarkan nasihatku? Main tinggal pergi aja, memang dikira aku siapa?
Kemudian dalam perjalanan cintakupun, terjadi hal yang sama. Sesuatu yang saya pertahankan, sesuatu yang saya korbankan, sesuatu yang saya perjuangkan untuk dia, tidaklah berarti lagi. Semua begitu cepat dialihkan. Dan saat itulah puncak emosi saya. Ya, saya tidak mengelola emosi saya, dan saya sudah jarang membaca Alkitab maupun buku yang ampuh itu.
Selama setahun saya selalu kesal, merasa sakit hati, dan kecewa. Sedih dan perih yang ada dalam hati. Dan yang ada di pikiran saya adalah : Kenapa sih selalu begini? Udah dimaafin malah ngulang lagi! Dikira saya siapa?

Dan beberapa waktu lalu, saya tersadar....
Kenapa saya tidak mau memaafkan lagi? Karena saya sudah tidak mau disakiti lagi.
Bagaimana dengan Tuhan? Bagaimana dengan hatiNya yang selalu saya lukai? Bahkan luka itu lebih dari apa yang orang lain torehkan dalam hati saya.
Kenapa hidup saya begitu kacau? Karena saya tidak melihat, Tuhan menghibur saya dan menyayangi saya.
Bagaimana dengan Tuhan? Bagaimana perasaanNya yang selalu saya acuhkan? Apalagi saat saya sedang merasa senang.
Apa yang harus saya perbuat terhadap mereka? Saya harus balas dendam.
Lho? Tunggu dulu! Kenapa saya berpikir seperti itu? Karena saya tidak sadar Tuhan memaafkan saya.
Bagaimana dengan Tuhan? Menyedihkan sekali karena saya melupakan apa yang Tuhan inginkan dari saya, dan saya pernah menyadarinya. Saya lalai.

And here I am, I want to be like that time before. I want to forgive everything, even though they do the bad to me.
Dan memang itu yang saya rindukan, rasa damai setelah saya meminta pengampunan dan setelah saya mengampuni. Itukah kenapa Tuhan sangat bahagia saat ada 1 orang berdosa yang bertobat? Karena Ia pun merasa damai. Tuhan merasa bahagia, karena anak yang hilang telah kembali. Karena anak-anakNya mampu mengikuti apa yang terbaik bagi semua yang ada di dunia.

Guys, help me learn to forgive again. And ask everyone to forgive themselves and others who tresspass against them. And I believe, this world will be in peace. Yeah! Peace... The only thing the world missed for.


to be continued...

Perumpamaan Yesus Tentang Memaafkan

Di bawah ini, bacaan yang diambil dari Injil Matius 18:21-35


21 Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus : "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?"
22 Yesus berkata kepadanya "Bukan! Aku berkata kepadamu: bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.23 Sebab hal Kerajaan Surga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya.
24 Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta.
25 Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya.
26 Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya : sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan.
27 Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.
28 Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: bayar hutangmu!
29 Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan.
30 Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya.
31 Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka.
32 Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku.
33 Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?34 Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.
35 Maka Bapa-Ku yang di surga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."



Berapa kali engkau mampu mengampuni orang yang menyakitimu? membohongimu? Apakah kamu telah berdamai? Mungkin karena engkau belum mampu mengampuni sepenuh hatimu, maka engkau tidak berdamai.

7 tahun yang lalu, saat masih duduk di bangku 2SMP, saya membaca buku (foto saya upload menyusul, karena buku sedang dipinjam oleh salah satu teman baik saya) "Memaafkan : Obat Paling Ampuh".
Salah satu dari beberapa buku yang mengubah hidup saya. Dan saya menyadari, buku tersebut dapat dengan mudah dimengerti saat pertama kali membaca. Namun untuk melakukan sesuai dengan buku butuh beberapa lama, bahkan beberapa tahun. Dan bila, kita tidak memperkuat iman kepercayaan, dan tidak mengasah hati nurani, apapun isi dari pelajaran yang kita dapat dari buku tersebut akan berangsur- angsur menghilang.

Setelah pertemuan tentang pembahasan perumpamaan Yesus, saya teringat dengan buku ini, dan saya ingin membagikannya dengan orang lain. Sayang saya tidak menemukan buku ini di toko buku manapun.

Mungkin saya bisa membagikan sedikit pengalaman, dan pemahaman tentang buku dan Injil di atas.

Pemahaman:
1. Memaafkan itu tidak ada batasnya. Namun bukan berarti memaafkan itu membenarkan yang salah. Di dalam buku "Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 2!" halaman 80 paragraf 2:
"....Anda bisa tidak setuju dan mengecam sesuatu dengan sangat keras, namun pemaafan berarti bahwa saya tidak ingin orang itu melukai siapapun lagi,..."

Apabila seseorang berbuat salah, maka bisa dibilang mereka kurang kasih sayang yang mereka tidak lihat sebenarnya mereka memiliki banyak kasih sayang dari orang terdekatnya. Kalaupun tidak memiliki orang terdekat, adalah Tuhan di atas yang selalu mencintai dan menyayangi. Tuhan selalu memaafkan seluruh kesalahan kita, baik yang kecil dan baik. Dan Tuhan ingin kita melihat, bahwa Tuhan mengasihi kita, dan ingin kita menjadi sepertiNya, mengasihi. Mengasihi siapa?

Baiklah seperti Yesus katakan tentang Hukum Yang Terutama dari Injil Matius 22 : 34 -40
37 Jawab Yesus kepadanya : "Kasihanilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.40 Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."

Bagaimana anda mengasihi orang yang menyakitimu? Jangan hukum mereka! Namun ajarkan mereka untuk memberikan cinta kasih dengan hukuman "pukulan kucing" (lihat buku "Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 2!" halaman 139 paragraf 4:
"... Tidak, jangan  lukai dirimu sendiri, pergi dan bantulah orang lain Itulah caranya membayar perbuatan Anda, sebab jika Anda tidak memiliki belas kasihan yang cukup kepada diri Anda sendiri, Anda harus belajar berbelas kasihan. Cara untuk mempelajari belas kasih adalah menemukan seekor anjing atau kucing dan membelainya 50kali!"
Bahkan Tuhanpun tidak ingin melukai kita, dan Tuhan mau kita mengasihi sesama manusia dan mengampuni dengan sepenuh hati (akan dijelaskan lebih lanjut pada no 3).

Minggu, 23 Oktober 2011

Baik != Bijak , Bijak == Baik

"Baik itu belum tentu bijak, bijak itu pasti baik."

Apa itu baik ? melakukan sesuatu yang menurut anda benar dan membuat orang 'senang'.
Apa itu bijak ? melakukan sesuatu yang secara rasional adalah benar, dimana nantinya orang itu akan 'bahagia'.

Apa itu senang ? perasaan bangga akan diri sendiri karena tercapainya sesuatu yang diminta.
Apa itu bahagia ? perasaan bangga akan diri sendiri dan orang lain karena didapatkan apa yang memang benar-benar dibutuhkan.


Namun saya membaca sebuah cerita dari buku "Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya! 2" cerita ke 40an. Dalam cerita itu, terdapat suatu kutipan yang sangat membuat saya menjadi bingung.

Seorang anak kecil yang tuli, saat waktu kecil dilakukan operasi padanya supaya dapat mendengar (harapan orang tuanya). Namun ternyata pendengarannya itu membawa penderitaan padanya, dia berkata "Kenapa kalian tidak menanyakannya dulu padaku?"

Dari cerita tersebut hal di atas menjadi ambigu. Bukankah bijak bila kedua orang tuanya ingin agar anaknya dapat mendengar seperti anak-anak lain? Ataukah saya yang salah dalam mengartikan kata bijak? Lalu bagaimana bijak itu?

Akankah kalian berbagi bersamaku? Agar semua orang dapat saling membantu untuk membahagiakan orang lain...


PS:
Thank you God for a beautiful morning, for another breathe, another sun shine, and another life ^^

Selasa, 11 Oktober 2011

Semangkuk Nasi Putih


Saya pernah mendengar cerita ini sebelumnya.. Namun saat itu yang saya pikirkan adalah ego saya. Saya lebih mementingkan memikirkan masalah saya daripada mendengarkan cerita yang sedang diceritakan saat itu. Hari ini saya membaca cerita ini dan menghayatinya. Saya tersentuh dan sangat bersemangat karenanya. Dan saya tahu, cerita ini adalah cerita nyata tentang kebaikan Tuhan, dan sampai pada saya karena Tuhan.
This is how the story goes:

Pada sebuah senja 20 tahun lalu, adalah seorang pemuda. Sepertinya ia masih mahasiswa. Ia mondar mandi di depan sebuah rumah makan cepat saji di sebuah kota metropolitan. Ia menunggu di luar sampai tamu di restoran sudah agak sepi, dengan sifat yang segan dan malu-malu ia masuk ke dalam restoran tersebut.

"Tolong sajikan saya semangkuk nasi putih"

Dengan kepala menunduk pemuda itu berkata demikian kepada pemilik rumah makan. Suami istri pemilik restoran tersebut bingung karena pemuda ini hanya memesan nasi tanpa lauk. Lalu mereka menyajikan semangkuk nasi yang pemuda tersebut minta. Lalu pemuda itu dengan perlahan berkata: "Dapatkah engkau menyiram sedikit kuah sayur di atas nasi saya?" sembari menyodorkan uang untuk membayar.

Istri pemilik restoran berkata padanya: "Ambil saja apa yang engkau suka, tidak perlu membayar!"

Sebelum menyelesaikan makanannya, pemuda ini berpikir bahwa ia bisa mendapatkan kuah sayur gratis untuk dituangkan pada nasinya. Sehingga ia memberanikan diri untuk memesan semangkuk nasi putih lagi.

Suami pemilik restoran berkata: "Semangkuk tidak cukup anak muda, kali ini saya akan berikan lebih banyak lagi nasinya."

Namun dibalaslah oleh pemuda itu: "Bukan, saya akan membawa pulang, besok akan membawa ke sekolah sebagai makan siang saya!"

Mendengan perkataan pemuda ini, pemilik rumah makan berpikir pemuda ini tentu dari keluarga miskin di luar kota, demi menuntut ilmu datang ke kota, mencari yang sendiri untuk sekolah, kesulitan dalam keuangan itu sudah pasti. Berpikir sampai di situ pemilik rumah makan lalu menaruh sepotong daging dan sebutir telur disembunyikan di bawah nasi, kemudian membungkus nasi tersebut. Sepintas terlihat hanya sebungkus nasi putih saja. Istrinya bingung, kenapa harus disembunyikan di bawah nasi lauk-lauk itu. Lalu sang suami berbisik padanya: "Jika pemuda ini melihat kita menaruh lauk di nasinya, dia tentu akan merasa bahwa kita bersedekah padanya, harga dirinya pasti akan tersinggung. Lain kali dia tidak akan datang lagi. Dan jika dia ke tempat lainnya hanya membeli semangkuk nasi putih, mana ada gizi untuk bersekolah."

Istrinya menjawab: "Engkau sungguh baik hati, sudah menolong orang masih menjaga harga dirinya."

Pemuda ini setelah menyelesaikan makanannya bangkit berdiri dan pamit kepada suami istri tersebut.

"Terima kasih, saya sudah selesai makan."

Ketika ia mengambil bungkusan nasinya, dia membalikan badan melihat dengan pandangan mata berterima kasih kepada mereka.

"Besok singgahlah lagi, engkau harus tetap bersemangat!" kata pemilik rumah makan itu sambil melambaikan tangannya.

Mata pemuda tersebut berkaca-kaca terharu, mulai saat itu setiap sore pemuda itu singgah ke rumah makan yang sama. Dan setiap hati hanya memakan semangkuk nasi putih dan membawa pulang sebungkus bekal untuk keesokan harinya. Dan setiap bekal yang ia bawa terdapat lauk berbeda yang tersembunyi. Hal ini berlangsung sampai pada akhirnya ia tamat. Dan 20 tahun pemuda itu tidak kembali.


Pada suatu hari, ketika suami ini sudah berumur 50 tahun lebih, pemerintah melayangkan sebuah surat bahwa rumah makan mereka harus ditutup. Mereka tiba-tiba kehilangan pekerjaan dan kesulitan karena anak mereka yang disekolahkan di luar negeri perlu biaya besar setiap bulannya. Merka menangis dan panik. Lalu seorang pemuda memakai pakaian mewah masuk.

"Apa kabar? Saya adalah wakil direktur dari sebuah perusahaan, saya diperintahkan oleh direktur kami untuk mengundang kalian membuka kantin di perusahaan kami, perusahaan kami telah menyediakan semuanya. Kalian hanya perlu membawa koki dan keahlian kalian kesana. Keuntungannya akan dibagi 2 dengan perusahaan."

Sepasang suami istri tersebut bingung dan heran. Mereka bertanya: "Siapakah direktur perusahaan kamu? Mengapa begitu baik terhadap kami? Saya tidak ingat pernah mengenal seorang yang begitu mulia!"

"Kalian adalah penolong dan kawan baik direktur kami. Direktur kami paling suka makan telur dan dendeng buatan kalian. Hanya itu yang saya tahu, selain itu silahkan bertanya kepadanya saat kalian bertemu."

Akhirnya, pemuda yang hanya memakan semangkuk nasi putih ini muncul, setelah bersusah payah selama 20tahun akhirnya pemuda ini dapat membangun kerajaan bisnisnya dan sekarang menjadi seorang direktur yang sukses untuk kerajaan bisnisnya. Ia merasa kesuksesan pada saat ini adalah berkat bantuan sepasang suami istri tersebut. Jika mereka tidak membantunya saat dulu, ia tidak mungkin akan dapat menyelesaikan kuliahnya dan menjadi sesukses sekarang.

Setelah berbincang-bincang, suami istri ini hendak pamit meninggalkan kantornya. Pemuda itu berdiri dari kursi direkturnya dan dengan membungkuk dalam-dalam berkata: "Bersemangat ya! Di kemudian hari perusahaan ini tergantung pada kalian. Sampai ketemu besok!"

Kebaikan hati untuk menolong dan balas budi dalam kehidupan manusia adalah suatu perbuatan indah yang mengharukan.

Kisah ini, membuat saya bersemangat kembali, bahwa membantu seseorang tidak lah percuma. Walau tak mendapat balasan, saya yakin Tuhan yang akan memperhitungkan pahalanya ^^

Selasa, 04 Oktober 2011

Oh my, it's already so long since the last time I wrote down..
Today, after 2 weeks in the class.. Sometimes I still miss my besties.
But, we met at last hahaha...
It might be simple, only went to the cinema and had a dinner..
But I like it.. simple but friendly..

But today, I realized there are some things hold my neck tightly.
Actually I realized some weeks ago. But I really understand now.

"You can't judge the book by its cover"

I said it was true... I couldn't judge something that used to be happened in my life now.
But I couldn't see the truth itself.

"Older means know everything"

Maybe that was true. Well, did 'everything' that time is the same as 'everything' now?
I even surprised with the knowledge changes.

"Little kids, don't speak!"

Maybe I AM kid, small, immature, stupid and everything they said I 'am'. But can't I tell my opinion? Why did they said "You're the one who don't know". But, they didn't let me know, they didn't answer my question. Then how should I know it?

"Mediator is a great job"

I was thinking that was true. But I just a MEDIATOR, should they scold me? A said to tell B, and B was angry to me because I said "A said blablabla and A wants me to tell you that". What the...???

"You should said sorry first"

I knew it but I can't. A said this, B said that. I followed A, B got angry. I followed B, A got angry. What now..??

"You should believe me"

Could you believe me, when I couldn't believe you even for a word?

"You should give some to him/her"

Why should I? He/she always said "No good" and throw it. So?

But the last thing I learned and tried.
"Forgive with all you are"

It might be hard. But when I could do it again, I love it. I was like it, and I forgot about it. And now.. I wanna be back.. Be back to myself. I don't care if they scold me, I will accept it as a critic to make me a better me.
I wanna be back to myself, and I want myself back to me.

And I know, I can do that, I'll do my best!!
Keep the chin up, be strong and cheers ^^